Rabu, 02 Mei 2012

Ramah? Tabu


Indonesia di mata dunia adalah negara dengan penduduk yang ramah, murah senyum, dan baik hati (juga rajin menabung). Memang tidak salah, jika yang menjadi contoh adalah masyarakat adat yang masih hidup di dalam suasana adat yang memang syarat dengan budi luhur. Seperti tempat tinggal saya di pedesaan di daerah Kediri. Bahkan dengan seseorang yang tidak kenal pun, selalu menyunggingkan senyum ketika berpapasan atau sedang dalam perjalanan. Namun berbeda halnya dengan kehidupan di kota besar. Seperti Jakarta, Bogor, dan mungkin kebanyakan kota besar di Indonesia. Keadaan semacam yang saya lihat di desa sangat jarang terlihat di kota. Perumahan mewah adalah satu contohnya. Sering saya bertanya kepada teman ataupun saudara perihal bagaimana interaksi mereka dengan para tetangga, kebanyakan dari teman saya menjawab bahwa mereka sangat jarang berinteraksi, jangankan menyapa, mungkin kenal pun tidak. Dalam satu bulannya bisa dihitung berapa kali mereka bertemu dan saling bercengkrama. Kesibukan kerja lah yang membuat suasana semacam ini menjadi akrab bagi warga ibukota. Apalagi dengan maraknya teroris yang menyamar dan menghuni sebuah rumah, seakan menjadi ancaman bagi seseorang untuk mengenal seorang yang lain.

Memang susah mengondisikan diri dalam keadaan masyarakat semacam ini. Bahkan saya pernah suatu ketika merasa curiga dengan seseorang yang membantu saya menaruh tas ke rak kereta rel listrik (KRL). Karena memang tidak bisa dipungkiri kejahatan di atas sarana umum menjadi hal yang dianggap lumrah bagi masyarakat. Apalagi dengan semakin pintarnya modus para penjahat untuk mengelabuhi korbannya. Saat itu saya langsung teringat dengan kejadian yang pernah dialami seorang teman yang pernah kecopetan dalam angkutan umum. Dengan mengalihkan perhatian sang korban, salah satunya dengan menyuruh korban untuk menaruh tas ke rak kereta dengan alasan ruang untuk tas bisa diisi dengan penumpang, rekan pencopet lain dengan leluasa menjelajahi saku kita, tanpa dirasa tentunya. Sehingga untuk memberi senyuman pun akan muncul perasaan was-was jika nanti kita menjadi korban kejahatan. Akhirnya pikiran-pikiran negatif dan curiga inilah yang membuat kita menjadi apatis dengan keadaan orang lain. Dan pertanyaannya adalah bagaimana mengembalikan citra bangsa Indonesia sebagai negara dengan penghuni yang ramah dan sopan? Tentu saja jawaban itu ada di hati pembaca semua dan yang bisa melakukan adalah diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar