Selasa, 27 Oktober 2009

Mengenal Tokoh Semar

Batara Semar atau Batara Ismaya, yang hidup di alam Sunyaruri, sering turun ke dunia dan manitis di dalam diri Janggan Semarasanta, seorang abdi dari Pertapaan Saptaarga. Mengingat bahwa bersatunya antara Batara Ismaya dan Janggan Semarasanta yang kemudian populer dengan nama Semar merupakan penyelenggaraan Illahi, maka munculnya tokoh Semar diterjemahkan sebagai kehadiran Sang Illahi dlam kehidupan nyata dengan cara yang tersamar, penuh misteri.

Dari bentuknya saja, tokoh ini tidak mudah diterka. Wajahnya adalah wajah laki-laki. Namun badannya serba bulat, payudara montok, seperti layaknya wanita. Rambut putih dan kerut wajahnya menunjukan bahwa ia telah berusia lanjut, namun rambutnya dipotong kuncung seperti anak-anak. Bibirnya berkulum senyum, namun mata selalu mengeluarkan air mata (ndrejes). Ia menggunakan kain sarung bermotif kawung, memakai sabuk tampar, seperti layaknya pakaian yang digunakan oleh kebanyakan abdi. Namun bukankah ia adalah Batara Ismaya atau Batara Semar, seorang Dewa anak Sang Hyang Wisesa, pencipta alam semesta.

Dengan penggambaran bentuk yang demikian, dimaksudkan bahwa Semar selain sosok yang sarat misteri, ia juga merupakan simbol kesempurnaan hidup. Di dalam Semar tersimpan karakter wanita, karakter laki-laki, karakter anak-anak, karakter orang dewasa atau orang tua, ekspresi gembira dan ekspresi sedih bercampur menjadi satu. Kesempurnaan tokoh Semar semakin lengkap, ditambah dengan jimat Mustika Manik Astagina pemberian Sang Hyang Wasesa, yang disimpan di kuncungnya. Jimat tersebut mempunyai delapan daya yaitu; terhindar dari lapar, ngantuk, asmara, sedih, capek, sakit, panas dan dingin. Delapan macam kasiat Mustika Manik Astagina tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa, walaupun Semar hidup di alam kodrat, ia berada di atas kodrat. Ia adalah simbol misteri kehidupan, dan sekaligus kehidupan itu sendiri.

Jika dipahami bahwa hidup merupakan anugerah dari Sang Maha Hidup, maka Semar merupakan anugerah Sang Maha Hidup yang hidup dalam kehidupan nyata. Tokoh yang diikuti Semar adalah gambaran riil, bahwa sang tokoh tersebut senantiasa menjaga, mencintai dan menghidupi hidup itu sendiri, hidup yang berasal dari Sang Maha Hidup. Jika hidup itu dijaga, dipelihara dan dicintai maka hipup tersebut akan berkembang mencapai puncak dan menyatu kepada Sang Sumber Hidup, manunggaling kawula lan Gusti. Pada upaya bersatunya antara kawula dan Gusti inilah, Semar menjadi penting. Karena berdasarkan makna yang disimbolkan dan terkandung dalam tokoh Semar, maka hanya melalui Semar, bersama Semar dan di dalam Semar, orang akan mampu mengembangkan hidupnya hingga mencapai kesempurnaan dan menyatu dengan Tuhannya.

Selain sebagai simbol sebuah proses kehidupan yang akhirnya dapat membawa kehidupan seseorang kembali dan bersatu kepada Sang Sumber Hidup, Semar menjadi tanda sebuah rahmat Illahi (wahyu) kepada titahnya, Ini disimbolkan dengan kepanjangan nama dari Semar, yaitu Badranaya. Badra artinya Rembulan, atau keberuntungan yang baik sekali. Sedangkan Naya adalah perilaku kebijaksanaan. Semar Badranaya mengandung makna, di dalam perilaku kebijaksanaan, tersimpan sebuah keberuntungan yang baik sekali, bagai orang kejatuhan rembulan atau mendapatkan wahyu.

Dalam lakon wayang, yang bercerita tentang Wahyu, tokoh Semar Badranaya menjadi rebutan para raja, karena dapat dipastikan, bahwa dengan memiliki Semar Badranaya maka wahyu akan berada dipihaknya.

Menjadi menarik bahwa ada dua sudut pandang yang berbeda, ketika para satria raja maupun pendeta memperebutkan Semar Badranaya dalam usahanya mendapatkan wahyu. Sudut pandang pertama, mendudukkan Semar Badranaya sebagai sarana phisik untuk sebuah target. Mereka meyakini bahwa dengan memboyong Semar, wahyu akan mengikutnya sehingga dengan sendirinya sang wahyu didapatkan. Sudut pandang ini kebanyakan dilakukan oleh kelompok Kurawa atau tokoh-tokoh dari sabrang, atau juga tokoh lain yang hanya menginkan jalan pintas, mencari enaknya sendiri. Yang penting mendapatkan wahyu, tanpa harus menjalani laku yang rumit dan berat.

Sudut pandang ke dua adalah mereka yang mendudukan Semar Badranaya sebagai sarana batin untuk sebuah proses. Konsekwensinya bahwa mereka mau membuka hati agar Semar Badranaya masuk, tinggal dan menyertai kehidupannya, sehingga dapat berproses bersama meraih Wahyu. Penganut pandangan ini adalah kelompok dari keturunan Saptaarga. Dari ke dua sudut pandang itulah dibangun konflik, dalam usahanya memperebutkan turunnya wahyu. Dan tentu saja berakhir dengan kemenangan kelompok Saptaarga.

Mengapa wahyu selalu jatuh kepada keturunan Saptaarga? Karena keturunan Saptaarga selalu mengajarkan perilaku kebijaksannan, semenjak Resi Manumanasa hingga sampai Harjuna. Di kalangan Saptaarga ada warisan tradisi sepiritual yang kuat dan konsisten dalam hidupnya. Tradisi tersebut antara lain; sikap rendah hati, suka menolong sesama, tidak serakah, melakukan tapa, mengurangi makan dan tidur dan laku lainnya. Karena tradisi-tradisi itulah, maka keturunan Saptaarga kuat diemong oleh Semar Badranaya.

Masuknya Semar Badranaya dalam setiap kehidupan, menggambarkan masuknya Sang Penyelenggara Illahi di dalam hidup itu sendiri. Maka sudah sepantasnya, anugerah Ilahi yang berujud wahyu akan bersemayam di dalamnya. Karena apa yang tersembunyi di balik tokoh Semar adalah Wahyu. Wahyu yang disembunyikan bagi orang tamak dan dibuka bagi orang yang hatinya merunduk dan melakukan perilaku kebijaksanaan. Seperti yang dilakukan keturunan Saptaarga


sumber : http://www.tembi.org

Berharap Mentri seperti Punakawan

Dalam perkembangan selanjutnya, hadirnya Semar sebagai pamomong keturunan Saptaarga tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga anaknya, yaitu; Gareng, Petruk, Bagong. Ke empat abdi tersebut dinamakan Panakawan. Dapat disaksikan, hampir pada setiap pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria keturunan Saptaarga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Cerita apa pun yang dipagelarkan, ke lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah Mereka diawali mulai dari sebuah pertapaan Saptaarga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, dengan melakukan tapa ngrame. (menolong tanpa pamrih).

Dikisahkan, perjalanan sang Ksatria dan ke empat abdinya memasuki hutan. Ini menggambarkan bahwa sang ksatria mulai memasuki medan kehidupan yang belum pernah dikenal, gelap, penuh semak belukar, banyak binatang buas, makhluk jahat yang siap menghadangnya, bahkan jika lengah dapat mengacam jiwanya. Namun pada akhirnya Ksatria, Semar, Gareng, Petruk, Bagong berhasil memetik kemenangan dengan mengalahkan kawanan Raksasa, sehingga berhasil keluar hutan dengan selamat. Di luar hutan, rintangan masih menghadang, bahaya senantiasa mengancam. Berkat Semar dan anak-anaknya, sang Ksatria dapat menyingkirkan segala penghalang dan berhasil menyelesaikan tugas hidupnya dengan selamat.

Mengapa peranan Semar dan anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan? Sudah dipaparkan pada dua tulisan sebelumnya, bahwa Semar merupakan gambaran penyelenggaraan Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia. Untuk lebih memperjelas peranan Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga tokoh lainnya. Ke empat panakawan tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya. Semar mempunyai ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta. Gareng mempunyai ciri yang menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ke tiga cacat fisik tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan, tangan cekot adalah rasa ketelitian dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian. Petruk adalah simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Sedangkan karya disimbolkan Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya selalu bersedia bekerja keras. Cipta, rasa, karsa dan karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Cipta, rasa, karsa dan karya berada dalam satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh Ksatria. Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan seiring menuju cita-cita yang luhur. Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan panakawan mempunyai hubungan signifikan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad bulat (karsa) dan mau bekerja keras (karya).

Simbolisasi ksatria dan empat abdinya, serupa dengan 'ngelmu' sedulur papat lima pancer. Sedulur papat adalah panakawan, lima pancer adalah ksatriya. Posisi pancer berada ditengah, diapit oleh dua saudara tua (kakang mbarep, kakang kawah) dan dua saudara muda (adi ari-ari dan adi wuragil). Ngelmu sedulur papat lima pancer lahir dari konsep penyadaran akan awal mula manusia diciptakan dan tujuan akhir hidup manusia (sangkan paraning dumadi). Awal mula manusia diciptakan di awali dari saat-saat menjelang kelahiran. Sebelum sang bayi (bayi, dalam konteks ini adalah pancer) lahir dari rahim ibu, yang muncul pertama kali adalah rasa cemas si ibu. Rasa cemas itu dinamakan Kakang mbarep. Kemudian pada saat menjelang bayi itu lahir, keluarlah cairan bening atau banyu kawah sebagai pelicin, untuk melindungi si bayi, agar proses kelahiran lancar dan kulit bayi yang lembut tidak lecet atau terluka. Banyu kawah itu disebut Kakang kawah. Setelah bayi lahir akan disusul dengan keluarnya ari-ari dan darah. Ari-ari disebut Adi ari-ari dan darah disebut Adi wuragil.

Ngelmu sedulur papat lima pancer memberi tekanan bahwa, manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian. Ada empat saudara yang mendampingi. Pancer adalah suksma sejati dan sedulur papat adalah raga sejati. Bersatunya suksma sejati dan raga sejati melahirkan sebuah kehidupan.

Hubungan antara pancer dan sedulur papat dalam kehidupan, digambarkan dengan seorang sais mengendalikan sebuah kereta, ditarik oleh empat ekor kuda, yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih. Sais kereta melambangkan kebebasan untuk memutuskan dan berbuat sesuatu. Kuda merah melambangkan energi, semangat, kuda hitam melambangkan kebutuhan biologis, kuda kuning melambangkan kebutuhan rohani dan kuda putih melambangkan keheningan, kesucian. Sebagai sais, tentunya tidak mudah mengendalikan empat kuda yang saling berbeda sifat dan kebutuhannya. Jika sang sais mampu mengendalikan dan bekerjasama dengan ke empat ekor kudanya dengan baik dan seimbang, maka kereta akan berjalan lancar sampai ke tujuan akhir. Sang Sangkan Paraning Dumadi.

sumber : http://www.tembi.org

Kamis, 03 September 2009

Indonesia butuh restorasi

Seperti apa yang terjadi di Jepang pada masa lalu, setelah terpuruk dengan hancurnya kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang mampu me-restorasi dirinya yang sekarang terkenal dengan sebutan Restorasi Meiji. Saya pikir, Indonesia saat ini juga sangat butuh restorasi. Indonesia seharusnya berani melakukan langkah-langkah tegas demi kemajuan. Hukum-hukum yang dulu hanya berlaku ketika ada petugas, harus bisa ditanamkan dalam diri masing-masing. Jika tahun 1998 ada reformasi yang salah kaprah, kini saatnya merestorasi semua yang ada di Indonesia. Mulai dari warga, pendidikan, kemauan, dan yang penting adalah sikap atau tindakan. Indonesia harus berani untuk mengurangi impor bahan-bahan yang sudah ada di Indonesia sendiri, misalnya beras. Bukankah kita negara agraris? Dengan mulai mencintai produk-produk kita, bukan tidak mungkin kalau Indonesia akan bangkit dalam lima tahun ke depan. Disamping berani mengurangi impor, diharapkan juga berani mengembangkan semua potensi di dalam negeri. Saya ambil contoh coklat. Indonesia mempunyai potensi perkebunan coklat yang cukup baik. Namun itu pun tak ada yang mau mengelolanya dengan alasan tak ada modal yang cukup untuk itu. Betapa kecilnya alasan itu untuk hasil yang sudah bisa kita tebak. Semua pasti berawal dari nol, tidak ada usaha yang langsung menjadi besar, tidak ada domba yang bisa langsung diambil bulunya. Semua pasti membutuhkan proses. Sekarang yang menentukan semua itu adalah bagaimana sikap dan tindakan kita untuk memanfaatkan semua sumber daya dengan minimal dan mendapatkan hasil yang maksimal. Semua tergantung pada kemauan dan kesadaran kita sebagai warga.

Apa saja yang harus direstorasi di Indonesia? Jawabnya adalah banyak. Yang pertama adalah hukum dan peraturan. Dengan peraturan, hidup menjadi disiplin. Namun tahukah anda bagaimana peraturan di Indonesia? Masyarakat menganggap bahwa peraturan dibuat untuk dilanggar, bukan untuk ditaati. Dengan peraturan yang dibuat kita dipaksa untuk mengikutinya, dan itu adalah awal yang baik untuk membentuk karakter manusia. Dari situlah muncul karakter disiplin dan kesadaran yang tinggi di masyarakat. Setelah tertanam di dalam jiwa masyarakat, secara tidak langsung tanpa peraturan pun tidak akan menjadi masalah karena sudah tercipta kesadaran yang cukup tinggi. Dengan merestorasi peraturan dan hukum, otomatis akan merestorasi kepribadian masyarakat.
Selanjutnya adalah menggali potensi sumber daya dalam negeri tanpa harus merusaknya. Saya awali dengan keadaan Sumber Daya Hutan. Banyaknya illegal loging di Indonesia memperlihatkan betapa rapuhnya mental manusia Indonesia. Memang benar, hutan menjanjikan keuntungan financial yang cukup besar bagi negara dan masyarakat. Namun juga bisa menjanjikan kehancuran dan bencana jika tidak ada gerakan tanam setelah tebang. Contoh lain adalah perkebunan coklat yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dan masih banyak lagi sumber daya Indonesia yang belum dimanfaatkan.

Mengapa masyarakat Indonesia seperti itu? Dengan kesadaran yang hanya mengerti uang dan jalan pintas lah yang membuat mereka seperti itu. Kemauan dan etos kerja yang sangat lemah selalu ditunjukkan ketika ada aksi mogok kerja. Saya akan me-review bagaimana keadaan masyarakat pada saat penjajahan. Pada zaman penjajahan Belanda, masyarakat yang bekerja sebagai buruh atau pegawai pabrik di bawah Belanda sebenarnya sudah memiliki bekal kemampuan yang cukup tinggi. Mereka sangan rajin dan patuh kepada majikan atau atasan. Karena jika tidak patuh, pasti akan mendapat siksa dari Belanda. Setelah merdeka, ternyata bukan hanya bangsa ini yang merdeka, namun semua sikap disiplin mereka juga merdeka. Para pegawai yang biasanya bekerja dengan penuh semangat dan disiplin tinggi merasa bebas dan semena-mena dengan tugasnya. Itu karena sudah tidak ada lagi yang menekan mereka dengan peraturan-peraturan Belanda. Begitulah gambaran masyarakat kita saat itu. Setelah Indonesia merdeka seutuhnya, sikap di atas sudah tidak lagi tersisa dalam benak kita.

Apakah seharusnya Indonesia kembali dijajah? Kita semua pasti menjawab tidak mau. Namun faktanya kita sudah terjajah saat ini. Dimana para asing mengeksplorasi sumber daya alam yang kita miliki secara besar-besaran. Itu semua karena kita hanya melihat uangnya saja tanpa berpikir bagaimana keadaan daerah itu setelah di eksplorasi. Setelah perjanjian ditanda tangani, tidak ada yang bisa kita lakukan selama kontrak masih berjalan.

Apakah anda sekalian tidak merasa miris melihat negara kita seperti ini? Jika jawaban anda semua adalah iya, maka mulai sekarang belajarlah untuk merubah semua sikap-sikap egois anda yang bisa membuat negara kita semakin mundur. Perubahan besar dimulai dari sebuah perubahan kecil, dan perubahan Indonesia dimulai dari perubahan masyarakat di dalamnya.

Sabtu, 11 Juli 2009

" P E N Y A K I T "

Bicara tentang penyakit, sudah terlalu banyak penyakit yang menyerang Bangsa Indonesia. Mulai dari virus SARS, Polio, Flu Burung, sampai Flu Babi. Namun bukan penyakit itu yang saya maksudkan di sini, melainkan penyakit moral yang telah lama melanda rakyat kita. Salah satu penyakit moral adalah mencari kekurangan orang lain. Jika ditelusuri, inilah penyebab bangsa ini sangat lambat kemajuannya. Kenapa begitu? Iya, karena dengan kita mencari kekurangan orang lain, kita kehabisan waktu untuk mencari kekurangan diri sendiri. Karena kita tidak tahu kelemahan dan kekurangan kita, kita menjadi individu yang merasa paling hebat dan paling benar. Sikap itulah yang mendasari untuk menjadi apatis, masa bodoh dengan lingkungan sekitar dan keadaan bangsa. Tak ayal bangsa ini mengalami keterpurukan yang lama.
Sebenarnya dengan sedikit merubah dasar pikiran seorang manusia, kita mampu membuat Indonesia bangkit. Seperti yang sudah saya tulis di atas, kita harus merubah prilaku terhadap orang lain. Yaitu dengan mengganti pribadi yang dulu mencari kekurangan orang lain dengan mencari kekurangan diri sendiri. Dengan begitu tak ada waktu untuk mencari kekurangan orang lain karena pasti akan kita temukan banyak sekali kekurangan yang ada pada diri kita. setelah kita tahu betapa lemahnya kita, kita pasti akan merasa membutuhkan orang lain sebagai pelengkap dan penyempurna tugas-tugas kita. Dengan itu kita sudah dibekali dasar untuk bekerja sama dalam pekerjaan. Bekerja sama pasti menimbulkan kepercayaan da persatuan, modal utama yang bangsa butuhkan saat ini. Maka bukanlah suatu mimpi bahwa Indonesia akan bangkit dari keterpurukan, namun hal itu adalah sebuah impian yang suatu saat nanti pasti dicapai. Yakin saja akan ada suatu masa dimana Indonesia akan kembali menegakkan pemerintah yang adil hingga membuat rakyat menjadi makmur dan kembali bangun dari tidur panjangnya. Hidup INDONESIA

Pesta Rakyat 2009

Pemilu. Bisa dibilang hari rakyat yang hanya bisa dinikmati lima tahun sekali. Tempat menyalurkan inspirasi dan pilihan rakyat untuk pemimpin Indonesia ke depan. Untuk memilih seorang pemimpin bangsa, rakyat tidak boleh main-main dengan hak suaranya. Kalau dipikir-pikir masih terlalu banyak rakyat yang belum tahu sosok seorang pemimpin Indonesia yang bakal mereka pilih. Kebanyakan hanya mempunyai pilihan setelah diberi "iming-iming" oleh saudara atau tetangga terdekat mereka yang mungkin menjadi tim sukses para calon pemimpin. Sungguh rakyat sekarang mulai acuh dengan keadaan bangsanya. sebagai warga yang kritis, kita harus mengetahui program-program apa saja yang ditawarkan untuk Indonesia kita ke depannya. Jangan hanya melihat siapa yang paling kaya atau siapa yang banyak mengeluarkan dana pada saat kampanye adalah yang layak menjadi pemimpin Indonesia. Setelah mengetahui dan mempelajari seluk beluk kemampuan dan rencana kerjanya, kita baru bisa melihat dan menentukan yang mana pemimpin yang pantas menjadi seorang presiden.
Tak hanya itu, seorang pemilih harus bersikap sportif terhadap hasil yang nanti akan diperoleh. Tim sukses sudah seharusnya menunjukkan sikap baik dan sportif pertama kali pada saat penghitungan dan pengumuman hasil suara. Namun faktanya, para calon pemimpin bangsa malah yang pertama kali menunjukkan sikap yang egois dan membenarkan semua pendapatnya untuk mempertahankan kedudukannya. Sungguh sangat disayangkan. Calon pemimpin yang menganjurkan warga negaranya untuk sportif malah saling mengklaim pendapat-pendapat. Hal ini terjadi di setiap pemilihan, entah itu Pemilihan Kepala Dusun, yang paling rendah, hingga ke Pemilihan Presiden. Adu argumen selalu menghiasi dunia politik di saat rakyat haus akan pemimpin yang jujur dan adil. jika jeda waktu antara pemilihan dengan pengumuman hasil adalah satu bulan, maka satu bulan itu digunakan untuk mengklaim satu sama lain antar calon presiden. Jika sudah tiba waktu pengumuman hasil suara, pihak yang merasa kalah justru tidak menunjukkan sikap ramah yang "katanya" adalah ciri khas orang Indonesia. Bukankah calon pemimpin kita adalah orang Indonesia? Selalu ini yang terjadi setiap lim tahun sekali.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa rakyat Indonesia saat ini merupakan kumpulan orang yang putus asa terhadap pemimpin. Harapan demi harapan yang diberikan dan dipercayakan kepada pemimpin Indonesia nantinya masih belum terlihat jalan terangnya. Namun rakyat hanya bisa mengharap. Berharap suatu saat nanti akan ada pemimpin sebenarnya yang akan bisa membuat Indonesia menjadi lebih baik dan pasti akan kembali menjadi Macan Asia. Semuanya kembali kepada masyarakat itu sendiri. Satu pesan untuk Presiden Indonesia, tunjukkan pada rakyat bahwa anda memang mampu dan pantas menjadi seorang presiden, jangan mempermainkan rakyat jika tidak ingin dipermainkan rakyat, hargai pendapat, dan junjung tinggi sportivitas. Hidup INDONESIA

Selasa, 16 Juni 2009

Jadilah manusia bermnfaat


sebaik-baiknya seorang manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

dari kalimat di atas, bisa disimpulkan bahwa kebanyakan dari kita masih belum menjadi manusia yang baik. karena masih sangat sedikit yang bisa kita lakukan demi orang lain. apalagi kaum-kaum pemuda dan seorang mahasiswa atau pelajar. seorang pelajar baru dikatakan berhasil jika ilmu yang diterimanya saat sekolah diaplikasikan kepada masyarakat. dan aplikasi ilmu itu harus dan wajib bermanfaat bagi orang lain. tidak boleh tidak. dan orang yang bermanfaat bagi orang lain belum tentu orang kaya ataupun kaum terpelajar. orang yang miskin pun bisa sangat bermanfaat bagi kita jika kita menyadarinya. kita ambil contoh seorang pemulung. berawal dari yang kecil seorang pemulung menjadikan lingkungan kita menjadi berkurang kadar sampahnya. kadang kita mencela pekerjaan pemulung itu. namun dibalik semuanya, ada kebaikan dan manfaat bagi kita. seperti pada gambar di atas.
seorang pemulung yang ada di daerah kampus IPB Dramaga, di jalan Babakan Raya. banyak orang tak menyadari kehadirannya. bahkan orang-orang sering menjauhinya karena terkesan menjijikkan. namun manfaat yang kita dapat sungguh luar biasa. selokan menjadi bersih, jalanan juga bersih. bayangkan jika tak ada seorang pemulung pun di Indonesia dan kesadaran orang-orang seperti sekarang, dengan mental egoisme orang-orang membuang tempat pada sampahnya (bukan membuang sampah pada tempatnya). dan jika tak ada pemulung di Indonesia, mau jadi apakah Indonesia ini? yang jelas tak lebih dari tumpukan sampah yang bau dan kotor.

oleh karenanya kita patut acungi jempol pada pemulung dan tim-tim kebersihan lingkungan yang ada di Indonesia. kita dukung dan bantu perjuangan mereka dengan tidak membuang sampah sembarangan. kita jadikan Indonesia pulau hunian yang nyaman dan hijau. HIDUP INDONESIA

Kamis, 11 Juni 2009

pepatah untuk Indonesia

mungkin kini saatnya Indonesia mengganti pepatah "Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" dengan "Lebih baik maju daripada tidak sama sekali". dengan keadaan Indonesia yang selalu "disepelekan" oleh negara lain ini, sudah sewajarnya kita tidak mengingat lagi pepatah di atas. kini Indonesia bagai macan yang kehilangan taring. aumannya terdengar sampai penjuru dunia, namun siapa yang takut? seperti konflik dengan negara tetangga, Malaysia. pelanggaran-pelanggaran mulai muncul saat ini. mengklaim reog, lagu rasa sayange, pulau sipadan-ligitan menjadi milik mereka. kini kembali mereka mencari masalah dengan Indonesia. konflik perebutan Ambalat kini menjadi topik hangat serta menjadi perang dingin antara keduanya. memang, dalam segi teknologi Indonesia bisa dikatakan masih kalah dengan Malaysia. tapi jangan salah, dulu dengan senjata bambu runcing melawan senapan mesin Indonesia bisa mengibarkan merah putih dengan hasil keringat sendiri, bukan pemberian dari negara lain. dengan modal keberanian dan kebenaran, Indonesia pasti mampu menghadapi itu semua. hanya dengan satu kunci, yaitu mengubah pepatah yang sudah dijelaskan sebelumnya. Indonesia harus berani maju daripada tidak sama sekali. Indonesia harus lebih tegas untuk menghadapi permasalahan Internasional. kami sudah merasa lelah terus dihina bangsa lain. kita harus bisa membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang kuat. HIDUP INDONESIA !!!

Peran pemuda Indonesia

saya teringat sebuah kalimat dari Bung Karno, "Beri saya 10 pemuda. Maka akan saya kuasai dunia...". kurang lebih seperti itulah bunyinya. kalimat itu bukannya tiada arti, dalam kalimatnya itu Bung Karno memberi motivasi para kaum muda bahwa merekalah sebenarnya yang akan menguasai dunia. jika 10 orang pemuda bisa menguasai dunia, bukankah lebih sedikit pemuda yang dibutuhkan untuk memajukan negara? faktanya, kini permasalahan dunia umumnya dan Indonesia khususnya adalah masalah yang dialami oleh sebagian besar pemuda. mulai dari narkoba, jaringan mafia, pergaulan bebas, dan tawuran pun di dominasi oleh para pelajar SMU sederajat. iya, tak akan ada gunanya 10 orang pemuda tanpa seorang pemimpin yang bisa membawa mereka untuk maju. jika dipandang dari segi seorang rakyat, tak akan ada pemimpin yang bisa menjadikan pemuda menjadi penerus masa depan yang lebih maju. namun jika dipandang dari segi pemimpin, sekarang sudah sangat jarang untuk memercayai pemimpinnya. yah, itulah faktanya. saling menyalahkan.

sebenarnya jika diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari, persoalan di atas menjadi sangat gampang jika semuanya dibarengi dengan rasa cinta. anda pasti sudah tau bagaimana jika seseorang jatuh cinta. orang itu akan melakukan semuanya demi melihat orang yang dicintainya merasa senang dan nyaman. itulah yang seharusnya dimiliki oleh para pemuda dan para pemimpin. jika pemuda mempunyai rasa cinta pada pemimpinnya, maka apapun permintaan seorang pemimpin akan selalu dituruti selama apa yang dimintanya untuk kemajuan negaranya. begitu juga seorang pemimpin, dia tak akan bisa melakukan hal yang membuat para pengikutnya ( pemuda ) merasa kecewa dan meninggalkannya. jika keduanya bisa saling melengkapi, maka tak khayal jika hanya 10 orang pemuda akan bisa menaklukkan dunia dengan pemimpin yang bijaksana.

jadi, mengapa kita selalu demo atau dengan kata lain menolak kebijakan-kebijakan pemerintah untuk negara kita? bukankah kita sama-sama ingin negara kita ini berkembang? tanamkan benih cinta dalam hati anda sekalian dan tunggu hingga benih itu bersemi. saat itu lihatlah ke depan, lihat bendera merah putih akan berada di atas semua bendera kebangsaan lain. saat itulah anda merasakan betapa pentingnya sebuah kepercayaan dan cinta. tanamkan dan teriakkan HIDUP INDONESIA !!!

Kamis, 04 Juni 2009

My first SUPPORT for INDONESIA

Kesuksesan suatu Negara adalah sebuah kumpulan kesuksesan dari individu2nya.
seperti pepatah di atas, kita seharusnya sadar bahwa apa yang kita perbuat terhadap kehidupan kita secara tidak langsung berpengaruh terhadap bangsa kita. sebenarnya orang2 yang hanya mencibir Indonesia itu juga mengolok-olok dirinya sendiri. tidak mudah untuk membangun suatu negara jika penduduk dari suatu negara itu sudah terjangkiti rasa malas. malas untuk bekerja maunya hanya mendapat uang dan uang. tidak ada kesadaran sedikitpun untuk berusaha membangun kembali puing2 Indonesia yang berserakan. seperti fakta yang telah kita lihat, pada zaman sekarang ini sungguh banyak sekali kumpulan orang yang kerjanya hanya nongkrong, bermain gitar di saat seharusnya orang bekerja giat. tak bisa dipungkiri, moral2 dan jiwa nasionalisme pemuda Indonesia sudah mulai hilang. ujungnya hanya bisa menyalahkan pemerintah, melakukan demo hanya untuk mencari kambing hitam atas apa yang terjadi pada hidupnya. yang mereka bisa hanya menuntut hak-hak mereka tanpa tahu apa yang menjadi kewajiban mereka. sebagai pembanding, saya mengambil sampel dari negara Asia juga, Jepang. di negeri sakura ini Sumber Daya Alam sangat jauh lebih sedikit di banding Indonesia. tapi kenapa mereka lebih maju? jangan beranggapan Jepang pernah menjajah Indonesia dan mengambil SDA dan dibawa kembali. itu bukanlah suatu alasan. Jepang pernah mengalami keterpurukan sama seperti Indonesia saat ini. namun dengan semua resiko, Jepang melakukan blokade terhadap negaranya sendiri. hal itu terus dilakukan hingga Jepang tidak bergantung lagi dengan negara lain dan menggunakan produk lokal. keberhasilan negara itu disebabkan oleh Sumber Daya Manusia yang sangat handal dan mampu bersaing. mereka sangat menghargai waktu, selalu mencari kesibukan di waktu senggang. tidak ada anak2 yang keluyuran dan nongkrong tak jelas tujuannya. kalaupun ada, hanya sedikit sekali. rupanya dibalik semua itu, para penduduk Jepang mempunya rasa malu yang sangat luar biasa jika melihat dirinya tidak bisa membanggakan negaranya. kita pasti sudah tahu tradisi Harakiri, sebuah ritual bunuh diri oleh seorang Jepang saat dirinya membuat malu bangsanya. sungguh begitu luar biasa jiwa nasionalisme mereka. tentu kita tidak akan mengusung tradisi Harakiri ini di Indonesia, namun yang patut kita contoh dari Jepang adalah jiwa kesadaran mereka akan pentingnya peran individu akan berdampak bagi negaranya. dan yang sangat penting adalah jiwa nasionalisme yang akan menjadi suatu penyemangat untuk melakukan hal-hal luar biasa untuk negaranya. jadi setelah kita tahu bahwa apa yang kita perbuat sehari-hari bisa menjadi dampak untuk negara kita, kita lakukan yang terbaik untuk diri kita dan untuk negara kita. ingat, tenaga yang kita keluarkan untuk hal yang bermanfaat dan untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat adalah sama. jadi daripada kita membuang tenaga kita hanya untuk kegiatan yang tidak bermanfaat, jadikanlah dan manfaatkanlah tenaga anda untuk melakukan hal yang luar biasa untuk Indonesia. hidup Indonesia !!!!