Blackberry (BB), kini menjadi tren ponsel pintar di semua
kalangan masyarakat Indonesia. Bukan hanya kawula muda, bahkan sampai om-om dan
tante-tante nampaknya tidak mau ketinggalan dengan tren masa kini. Sebenarnya ponsel
ini dirancang untuk para pebisnis atau para orang penting sekelas dosen dan
pejabat untuk mempermudah akses untuk berkomunikasi. Email yang dulunya hanya bisa dibuka dengan
menggunakan laptop ber-modem, kini dengan sekali sentuh bisa masuk pada ponsel
ini lewat fasilitas push mail-nya. Memang,
BB adalah sebuah inovasi telepon pintar dengan berbagai keunggulan. Para pengguna
yang semula memakai ponsel gebutan perusahaan raksasa Nokia dan Sony (dulu Sony
Ericson) menjadi tertarik untuk mengalihkan pandangan ke BB karena fitur
internetnya dan pesan bertipe chatting bawaan
ponsel ini. Namun sepertinya ponsel ini berdampak negatif bagi mereka yang
doyan ngobrol atau sms-an berbasis chat.
Mayoritas pengguna BB akan mengabaikan seseorang yang mengajaknya berinteraksi,
bahkan mengabaikan semua aktifitas nyata yang biasa dijalani. Argumen saya di
atas bukan sebuah usaha untuk menjatuhkan pasar ponsel pintar ini. Tapi saya
berani menuliskan demikian adanya karena pengalaman pribadi. Pernah sesekali
saya mengajak ngobrol seorang teman namun dihiraukannya, entah tidak mendengar
atau menganggap obrolan saya tidak penting. Bahkan walaupun dia menjawab,
jawabannya sungguh “gak nyambung” dan
terkesan asal menjawab untuk menunjukkan bhwa dia mendengarkan. Dan saya pikir,
hal itu sungguh tidak sopan. Walaupun sebenarnya, saya berpendapat, kaum hawa
lah yang memiliki hobi “ngerumpi”, kini kaum adam pun kecanduan dengan ponsel
ini. Dikhawatirkan dengan kejadian-kejadian seperti ini, para pengguna BB akan
menjadi terasing dari kehidupan nyata mereka dan bisa saja menjadi terkucilkan
oleh para pengguna non-BB.
Jadi pesan saya, bagi seseorang yang hobi ngobrol sangat
tidak disarankan memakai ponsel ini kecuali sudah bisa membuang kebiasaan untuk
tidak menghiraukan orang lain.
+1000
BalasHapus