Selasa, 15 November 2011

Bahagia dengan membuang sampah (pada tempatnya)


Apa yang sebenarnya dicari oleh manusia di dunia ini? Kebahagiaan pastinya. Rasa bahagia akan muncul ketika tidak adanya lagi rasa takut akan sesuatu. Berarti warga Jakarta tidak bahagia dong…. sepertinya iya. Karena setiap tahun masyarakat Jakarta merasa was-was karena menunggu air Ciliwung yang menjadi langganan tahunan untuk bertamu ke rumah mereka. Banjir. Namun sepertinya mereka tidak pernah belajar. Mereka menganggap kalau banjir itu kiriman dari Bogor. Padahal kalau dipikir-pikir banjir yang melanda kawasan ibukota itu merupakan pesanan warga Jakarta. Kok gitu? Seharusnya kawasan Bogor (Puncak) itu menjadi kawasan hutan yang menjaga debit air yang menuju sungai. Namun jika dilihat sekarang ini, bukan pohon-pohon yang bertambah, tapi tembok-tembok beton yang semakin bertambah untuk vila mewah, “punya orang kaya Jakarta” jawab seseorang yang sempat saya tanya tentang kepemilikan sebuah vila di sana. Setiap weekend bisa dipastikan jalan menuju puncak, padat sampai macet dan kebanyakan kendaraan ber-plat nomor B. Sungguh miris ketika melihat hal ini terjadi, ada ancaman yang selalu mengintai mereka, namun tidak ada antisipasi menuju kesana ketika ancaman itu belum datang.
Selain menyempitnya kawasan resapan air berupa hijauan, juga kesadaran masyarakat akan sampah juga sangat minim. Untuk apa pemerintah mengeluarkan biaya untuk membuat tong-tong sampah di pinggir jalan jika masyarakat memilih untuk membuang sampahnya di sungai-sungai sekitar? Bukan pemerintah lagi yang disalahkan, namun dimana kesadaran masyarakat itu sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya??? Padahal anak TK pun tahu kalau membuang sampah di sungai bisa mengakibatkan banjir. Apa pendidikan mereka?? Sekarang sudah semakin jelas banjir yang terjadi bukan hanya di wilayah ibukota, Bandung pun sudah mulai menjadi sarang banjir. Ujung-ujungnya menyalahkan pemerintah pas banjir sudah datang. Katanya pemerintah kurang tanggap, pemerintah gagal, dan macam-macam lah kambing hitamnya. Kemana sih pikiran mereka?? Yang dicari uang uang dan uang. Sekarang bisa dilihat saluran-saluran air yang selalu macet ketika dialiri air.
Tentunya masih ada harapan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan di sekitar kita. Kalaupun pekarangan kita sudah tidak bertanah lagi karena paving, yah minimal buang sampah di tempatnya lah. Jangan berpikir “halah sampah kecil saja kok, sebentar juga ilang ikut arus..”, kalau Cuma anda yang berpikir seperti itu, it’s OK. Tapi kalau 1 juta penduduk Indonesia berpikiran sama seperti anda, apa yang terjadi? Ya seperti sekarang ini lah. Mulai dari diri sendiri untuk memberi contoh kepada orang lain. Toh hasilnya juga kita sendiri yang menikmati. Keep fight