Minggu, 26 Desember 2010

Pemerintah Jawa Timur harus meninjau ulang peraturan tentang pembuangan limbah industry.


Sungguh miris sekali. Kemarin, tepatnya 25 Desember 2010, saya melihat berita di salah satu siaran televisi. Headline nya adalah pencemaran air sungai brantas akibat pembuangan limbah oleh sebagian besar industry di Jawa Timur. Saya sebagai orang Jawa Timur (Kediri tepatnya) sangat terpukul melihat berita ini. Rupanya wabah penyakit dari kota-kota besar di Indonesia telah menular ke daerah. Seperti penyakit manusia-manusia Jakarta yang sudah acuh dengan lingkungannya. Dapat dilihat dari pola hidup sehari-hari yang membudayakan buang sampah sembarangan, tebang pohon seenaknya, penggunaan Air Conditioner yang tanpa batas, dan yang paling kacau adalah industry-industri yang tidak memenuhi peraturan pemerintah lagi.

Sedikit bercermin dari kegiatan kota Jakarta saat ini. Banjir ada dimana-mana, turunnya permukaan tanah di beberapa daerah, krisis air bersih, serta suhu yang semakin meninggi. Apakah kita semua mau Jawa Timur menjadi daerah seperti layaknya Jakarta yang menawarkan kenikmatan dunia semu? Pasti kita semua menjawab “tidak”. Jika sungai Brantas tercemar, maka kata-kata tidak itu haru ditindak lanjuti dengan suatu tindakan “tidak”.

Pemerintah sepertinya menjadi kambing hitam lagi akan kasus ini. Betapa tidak, betapa banyak peraturan pemerintah Jawa Timur yang mengatur tentang kelayakan ekologi, pun juga sanksi-sanksi yang ditawarkan untuk semua pelanggar, namun aksi dari pemerintah sendiri kelihatannya kurang. Ataukah mungkin pemerintah daerah lah yang menjadi dalang dibalik semua ini? Dengan beberapa gepok uang yang dihadiahkan oleh industry untuk pemerintah bisa saja menjadi angin segar untuk mengenyampingkan ekologi. Dalam hal ini, masyarakat walupun turut andil untuk kembali melestarikan lingkungan, sepertinya masalah ini tidak akan selesai. Contohnya, masyarakat sekitar pencemaran limbah selalu membersihkan aliran sungai namun industry terus menerus membuang limbahnya. Sungguh tidak imbang jika dibandingkan. Satu-satunya penolong hanyalah aksi dari pemerintah.

Sekarang sudah terlihat dampak dari pencemaran sungai di Jawa timur. Masyarakat sekitar daerah industry sudah mulai merasakan efek berupa menurunnya kesehatan. Banyaknya wabah demam berdarah, muntaber, serta masih banyak lagi efek-efek yang menanti untuk hinggap kepada masyarakat kita.

Dengan tulisan saya ini, saya berharap pemerintah jawa Timur, khususnya Gubernur Sukarwo membaca tulisan saya dan segera merealisasikan janjinya untuk membangun Jawa Timur kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar